Guru merupakan profesi yang luar biasa dituntut untuk terus berkembang, berinovasi dan berkreasi. Persentuhan guru dengan teknologi tak dapat terelakkan, terutama pada pembelajaran pada saat pandemi ini. Pandemi sekarang ini memperlihatkan bagaimana seorang guru lebih kreatif didalam melaksanakan Pembelajaran di Satuan Pendidikan.
Penguasaan metode pengajaran juga perlu untuk terus ditingkatkan seiring perkembangan zaman yang menekankan pada pola student centered. Siswa bukan sebagai objek, melainkan subjek proses pembelajaran. Pola mengajar yang menarik pada dasarnya memudahkan siswa dalam menyerap materi yang muaranya adalah pemahaman yang tertanam kuat.
Seorang guru mengemban amanah dalam mendidik generasi. Tugas guru tidak hanya mengajar secara fisik di dalam kelas, tetapi juga melibatkan batin yang tidak dibatasi sekat-sekat ruang kelas. UU No. 14 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Untuk menjalankan amanah mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang, seorang guru perlu megeluarkan segala daya dan upaya yang dimilikinya. Proses pengajaran dan pelatihan dianggap sarana untuk mendewasakan manusia. Tentu saja hal ini membutuhkan sosok guru yang siap lahir batin dalam mengemban amanah mulia ini.
Dalam kapasitasnya sebagai seorang pendidik, seorang guru perlu meluangkan waktu untuk terus mengasah sisi emosional. Keseharian berinteraksi dengan para siswa dengan beragam karakter tentu membutuhkan kekuatan sisi emosional seorang guru. Kekuatan untuk mengajar dan memotivasi akan kuat terpancar dari seorang guru yang matang secara emosional.
Guru yang kuat dalam memotivasi, membimbing, dan membentuk karakter siswa bersumber dari mentalitas kematangan emosional seorang guru. Jika ada siswa yang bermasalah, siswa tersebut tidak akan segan menceritakan masalahnya baik akademik maupun nonakademik kepada guru walau bukan kepada guru bimbingan dan konselling karena pada hakikatnya setiap guru adalah konsultan. Selain dengan siswa, guru perlu menjalin relasi konstruktif dengan orang tua, sesama rekan guru, karyawan, dan unsur-unsur pimpinan sekolah. Kontribusi kematangan unsur emosional sangat berperan penting agar tugas-tugas guru sebagai pendidik dalam dijalankan secara optimal.
Seorang guru hakikatnya seorang pembelajar. Seorang pembelajar tidak pernah puas dengan ilmu yang didapatnya. Ilmu yang sudah didapat diperdalam lagi dengan beragam cara karena hakikat ilmu adalah dinamis, tidak statis. Dengan banyaknya sarana belajar, seorang guru idealnya terus meningkatkan kapasitas keilmuannyaPeningkatan kapasitas keilmuan seorang guru setidaknya minimal pada tiga hal, yaitu terkait bidang studi, metode pengajaran, dan penguasaan teknologi. Ilmu yang berkaitan dengan bidang studi secara umum didapat dari bangku kuliah. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang makin pesat, seorang guru perlu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang studinya.
---------
Artikel ini hanya sebuah opini.
0 Comments