PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA ikut ambil bagian dalam pameran Pembangunan HUT Kab Bungo Ke-51 tahun 2016
MUARA BUNGO - Pameran Pembangunan dalam rangka Hari Ulang Tahun Kabupaten Bungo ke 51 Tahun 2016 yang akan berlangsung dari tanggal 19 Oktober - 25 Oktober 2016 bertempat di Lapangan Pusparagam Muara Bungo. Pada kegiatan pameran pembangunan tahun ini SMK Negeri 3 Muara Bungo ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Program Keahlian Tata Busana salah satu program keahlian yang ada di SMK Negeri 3 Muara Bungo dengan jumlah seluruh siswa 152 siswa menampilkan hasil karya para peserta didiknya.
Penampilan Anggota Pramuka SMKN 3 Muara Bungo pada kegitan Raimuna Cabang Kabupaten bungo tangal 13 - 16 oktober 2016 di Bumi Perkemahan Cadika Muara Bungo
Sinematografi SMK Negeri 3 Muara Bungo
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi
sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmuyang membahas tentang teknik
menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga
menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban
cerita).
Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).
Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.
A. Definisi Sinematografi
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography
yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai
ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik
menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga
menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban
cerita).
Sinematografi
memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan
cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun
mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal,
sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian
ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada
sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah
gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam
sinematografi disebut montase (montage).Sinematografi sangat dekat
dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai
genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil)
selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka
cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di
awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.
B. Film sebagai Produk Sinematografi
Film adalah
gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering
disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau
gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa,
biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara
harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema +
tho = phytos (cahaya) + graphie = grahp
(tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak
dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus
menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
Film
dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan
figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film
menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan
teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat
sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang
telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam,
sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan
larut bersama cairan pengembang (developer).
Definisi
Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang
merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam
segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik,
eletronik, dan/atau lainnya;
Istilah
film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang
dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut
selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan
digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada
generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital
elektronik sebagai penyimpan gambar.
Dalam
bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami
perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan
selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita,
cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada
awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid
sebagai penyimpannya.
Sejalan
dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka
pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi
tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin
sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan
gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media
analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil
akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog
maupun digital.
Perkembangan
teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari
istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk
karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu
genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar)
sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media
sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya
ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi
media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang
tertangkap lensa.
Pada
generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital
elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal
media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat.
Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog,
dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak
dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi
yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan
dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka
pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita dapat diproduksi tanpa
menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin
sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan
gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media
analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil
akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog
maupun digital.Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng
mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini
diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio
(suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.
Lomba Artikel Kependudukan Jambi 2016
Siswa SMKN 3 Muara Bugo kembali dipercaya
mewakili kabupaten Bungo dalam mengikuti lomba menulis artikel Kependudukan tingkat SMKSe provinsi Jambi yang diadakan di Shang Ratu hotel.
Lomba
yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jambi diikuti
oleh 55 peserta dari seluruh kotamadya dan kabupaten se provinsi jambi. SMKN 3 Muara bungo dipercaya percayakan mengikuti
lomba. lomba kali diikuti oleh siswi jurusan tata boga kelas atas nama Desti
Ayu rini, dan berhasil mendapat Juara II serta Juara Harapan I juga direbut
oleh siswi SMK Kabupaten Bungo
Siswi SMK Negeri 3 Muara Bungo Mendapat Juara III Film Pendek Gebyar TIK Provinsi Jambi 2016 di Novita Hotel Jambi.
Pada bulan September 2016 untuk pertama kalinya siswi SMKN 3 Muara Bungo Mengikuti Gebyar TIK 2016 Tingkat Provinsi Jambi dan sudah memgharumkan nama Kabupaten Bungo pada lomba Gebyar TIK 2016 tingkat Propinsi juara 3 lomba film pendek siswa
Keberhasilan ini diharapkan menjadi
motivasi untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ditahun gebyar TIK 2016
tingka tPropinsi dan lebih banyak lagi prestasi yang diukir dibidang mata
lomba lain.
0 Comments